Cinta itu tlah hilang, kasih itu tlah memudar. Disaat ku benar-benar membutuhkannya. Disaat ku terpuruk dalam kesendirian dan keheningan. Kini ku lemah tanpa bayangnya. Dia yang slalu ada, kini tlah pergi, kini siapa lagi yang kan merasakan kepedihannya bersamaku? Dia tak kan tergantikan. Meski kini dia telah pergi. Namun cinta yang pernah dia berikan akan ku simpan di hatiku. SELAMANYA! Karena rasa itu tlah membekas, terlanjur dalam membekas hingga saat dia pergi dari sisiku.
Saat ini ku tak tahu. Ini semua seakan hanya mimpi yang membayangi tidurku. Mimpi buruk yang tak pernah ku inginkan. Aku sempat berfikir seperti itu, saat aku tak percaya dengan semua kejadian yang telah terjadi ini. Dia yang sangat berarti dalam hidupku. Sekejap pergi, dan tak kan pernah kembali tuk simpulkan senyum dan tawaku. Kenangan-kenangan indah bersamanya tlah terukir dalam di ceruk hatiku. Nafasku terengah saat mendengar kabar kepergiannya. Nadiku melemah dan aku merasa tak kuasa saat menyadari ini semua kenyataan, bukan mimpi seperti yang sempat ku pikirkan. Aku bertanya dalam hati, “Ya Allah, mengapa kau begitu cepat mengambil dia dari sisiku?” tak terasa air mataku menetes, dan aku merasa mendengar bisiknya di benakku. Itu hanya halusinasi ku kira. Aku hanya belum rela jika dia harus meninggalkanku sekarang.
Dulu, memang aku tidak pernah mengharapkannya hadir di kehidupanku. Karena sikapnya yang selalu buat ku merasa terusik. Di kelas temen-temen selalu menertawakan kami berdua. Karena kami selalu bertengkar dan pernah sampai suatu saat kami berdua di panggil ke ruang BK. Saat aku berkata “aku benci banget ma kamu!” ,temen-temen langsung ngomong ke aku, “jangan bilang gitu, benci bisa berubah jadi cinta loh!” semenjak itu aku menoba jauh-jauh dari dia, tapi tidak pernah sedikitpun dia mengurangi keusilannya pada diriku. Aku sempat berfikir, apa yang buat dia tidak pernah bosan menggangguku? Memang apa untungnya dia mengganggu ku?
Sampai suatu hari aku merasa aneh sama diriku sendiri. Aku yang sebelumnya merasa sangat benci sama si cuek, sekarang aku tak pernah merasakan itu lagi. Sedikit demi sedikit rasa benci itu hilang. "Apa yang buatku jadi kaya’ gini?" Sekejap aku termenung, dan saat aku sadar aku langsung mengeluarkan 1 kata, “Astaghfirullah… .” Sampai temen-temen sekelas menoleh ke tempatku, aku merasa malu sekali andaikan mereka tahu apa yang membuatku seperti tadi. “Aku ngebayangin sosok si cuek!! Oh.. .my god?” aku ingin melupakan hal yang tadi. Tapi apa yang ku dapat?
Bayangannya makin sering ada di benakku. Aku merasa tidak nyaman dengan apa yang kurasakan saat ini. Apa mungkin perkataan temanku waktu itu benar? Sekarang perkataan itu yang slalu terngiang. “Benci bisa jadi cinta”, kata-kata itu yang selalu ada kini.
Lama-lama, aku makin merasa aku punya rasa yang beda ke si cuek. Tapi… sampai saat ini aku tidak mau mengakuinya, karena ini semua tidak mungkin terjadi.
Hari itu aku berangkat pagi, aku melihat ada surat izin di atas meja guru. Akhirnya aku mencoba membukanya. Dan aku terkejut saat aku tahu itu surat dari si cuek. Aku tak pernah melihatnya sakit atau izin untuk tidak berangkat sekolah. Mungkin baru hari itu dia tidak masuk sekolah. Aku punya ide menjenguk si cuek sepulang sekolah, tapi setelah aku piker-pikir lagi, akhirnya aku memilih langsung pulang. Takutnya, dia merasa aku perhatiin dia. Tapi di rumah aku merasa gelisah, aku penasaran bagaimana keadaannya sekarang. Tapi tak lama aku tiduran , Ponselku berbunyi, dan itu nomor yang tidak ada di daftar kontakku. Karena lama sekali nomor itu missedcall, akhirnya aku mengangkat teleponnya,
“Hallo.. Assalamualiakum!”aku mendengar suara seorang cowok disana.
“Iya.. Waalaikumsalam”
“Woy.. tadi ada tugas apa di sekolah?”
“Maaf.. ini siapa ya? nomer kamu belum ke-save di kontakku”
“Jiah.. ini aku cowok yang lagi kamu kangenin.”
“What? ini siapa sih? Gak usah ngerjain deh! Aku matiin nih?!”
Walah? Si bawel ngambek.. hahaha.. ini aku calon cowokmu! Hehehe..”
“Pede banget? Kenal juga engga! Sok ngaku-ngaku mau jadi cowokku, aku matiin aja ya! Gak penting banget, lagi banyak tugas nih..”
“Iya-iya ini aku temen sekelas kamu, aku absen 4, tau kan, neng? Tadi ada tugas apa ?”
“Ooo.. kamu.. ya~ tugasnya banyak banget sih, parahnya cuma dikasih waktu 2 hari, besok lusa dikumpulin, tapi aku ngrasa gak bakal selesai deh, yaudah kamu tulis aja ya! LKS halaman 74-85 sama paket dari halaman 1-35, woy cuek! Minggu depan ulangan matematika juga, dari bab 1-3.”
“Wah.. gila! Banyak banget, kamu aja gak sanggup apalagi aku! besok ada acara gak, neng?”
“Gak ada sih.. paling Cuma ngerjain tugas aja.. emang kenapa?”
“Ngerjain bareng yuk, neng? Mau gak?”
“Iya deh! Tapi jangan usil! Kita ngerjain bareng, jangan Cuma aku aja, okay?”
“Okay deh, neng. Yaudah kangen-kangenannya besok di sekolah aja dilanjutin, hehehe… “
“Eh, si cuek setresnya kumat!”
“Gak gitu, neng! Aku serius nieh..”
“Udah gak usah nglantur, lanjutin besok aja ya.. aku ngantuk nih!”
“Iya neng, met bobo aja ya! Assalamualaikum!”
“Sama-sama, Cuek! Hehehe... Waalaikumsalam.”
Dia menutup telponnya, aku merasa sangat senang, setelah difikir, tumben banget kan dia telpon aku, tapi dalam hati seneng sih sebenernya. Habis aku mikir sebentar akhirnya aku tidur, aku ngantuk banget. Suara dia selalu terngiang-ngiang di benakku. Aku sekarang mau ngaku deh, aku emang ada rasa sayang sama dia.
Paginya di kelas, waktu aku sampai, si cuek memanggil “Neng! Ntar jadi kan?” dia panggil aku dengan sebutan itu. Entah darimana. Tapi gara-gara dia ngomong seperti itu, temen-temen usil nanyain, “Wah.. kemana? Ngedate nieh ceritanya? Ciiee…”
“Eh.. engga! Ngarang banget, ntar Cuma mau ngerjain tugas bareng aja kok!” jawabku. Karena memang kenyataannya begitu. Tapi si cuek bilang.
“Iya dong, masa harus berantem terus, ya gak neng!?” jawaban yang membuatku sedikit jengkel. Akhirnya ku taruh tas di atas bangkuku, dan langsung pergi ke kantin untuk menghindar dari si cuek! Tapi sekitar 5 menit aku duduk di kantin, si cuek datang dan minta maaf. Aku berkata, “Iyaa, nggapapa! ngga masalah kok, tapi please ya, Cuek jangan ganggu aku,” lalu dia duduk di depanku. yang membuatku terkejut, dia menggenggam tanganku, aku mencoba menariknya namun dia menggenggamnya sangat erat. Lalu berkata, “Neng? Aku mau tanya sesuatu, tapi kamu harus jawab jujur, nurut sama kata hati kamu, jangan genssi neng, mau gak?”
“Hahaha.. kamu kenapa sih? Kesambet ya? Apa mau ngerjain aku lagi? Udah gak mempan kali! kamu kan…….. ,” belum selesai diriku bicara, dia langsung menyentuh bibirku dengan telunjuknya.
“Neng, aku serius nih, aku gak bercanda!”
“He'emh.. mau ngomong apa? Aku dengerin nih, tapi tangannya dilepas dulu! Aku mau minum.”
“1 aja ya, Neng! biar romantis.”
“Yeee.. aku malu tau, apa lagi yang megang kamu! Mending juga pegangan tangan sama monyet.”
‘Udah ah, Neng! kamu bawel terus nih.. aku keburu lupa mau ngomong apa.“
“Iya udah.. ngomong tinggal ngomong kan!”
“Huuufftt.. jadi deg-degan nih~“
“Tuh kan lama! aku mau ke kelas aja deh! Tanganku sakit nih, kamu kenceng banget pegangnya!”
“Nervous banget nihh, iya-iya aku ngomong sekarang.
"Neng aku suka ma kamu.”
"Neng aku suka ma kamu.”
Gara-gara itu, aku yang sedang nikmat minum langsung batuk-batuk.
“Neng kamu gak kenapa-kenapa kan?”
Tanpa sadar aku pegang keningnya, “Kamu beneran sakit nih kayaknya, gak usah becanda deh! Aneh-aneh aja! Udah yuk balik ke kelas aja, tuh udah bel masuk!”
“Bentar, Neng! aku kan belum dapet jawaban kamu, aku serius nie, aku harus ngapain biar kamu percaya kalau aku bener-bener serius?”
“Beneran nie? Yaudah ke kelas aja yuk! kamu mau gak ulangi semua kata-kata kamu tadi di depan kelas?”
“Ha? Tega banget sih, Neng!”
“Ya kalau gak mau juga gak papa kok, aku gak maksa kamu, yaudah aku balik duluan ya!”
“Iya deh,neng! aku sanggup kok demi kamu. Yuk ke kelas!”
“Eiittss…tangannya? Lepas!”
“Gak mau, Neng! udah ayo ke kelas aja! Bentar lagi kan kita jadian. Hehehe…”
“Jiiahhh... .yaudah ayo!”
Sampai di kelas teman-teman heran melihat kami berdua. Aku berkali-kali berkata padanya untuk melepas genggaman di tanganku, aku malu. Tapi dia tidak mendengarkannya. Akhirnya kami jadi pusat perhatian teman-teman. Tanpa bicara, dia langsung menarikku ke depan kelas. Dan yang paling mengejutkan, dia menunduk di depanku. Dan berkata, “Neng, aku suka kamu, mau gak jadi cewekku? Aku janji gak 'kan nakal lagi, Neng!”
Suasana yang semula tenang, sekejap berubah jadi rame, teman-teman bersorak “Terima! Terima! Terima!”
Aku coba untuk tenangkan suasana. “Ssssttt! Diem semua, aku mau jawab nieh, gimana ya, umm… maaf ya aku gag bisa!”
“Ha? Gak bisa, Neng? apa kamu yakin? Aku bisa kasih waktu buat kamu kok, tapi seumpama kamu yakin sama jawaban itu, aku gak kan maksa kamu.”
Setelah selesai bilang itu dia langsung pingsan begitu saja.. akhirnya teman-teman mengangkat dia ke UKS, aku juga panik, padahal aku 'kan belum selesai bilang ke dia. Aku mau jadi ceweknya.akhirnya temen-temen balik ke kelas, aku tetap menunggu dia
di UKS, aku menunggu di samping dia sambil menangis, aku takut dia kenapa-kenapa. Aku
genggam tangannya, sambil ngomong sendiri, “Bangun dong, please! Aku juga suka ma kamu, malah udah lamaa aku mendem rasa buat kamu, aku sayang kamu! Bangun !”
Tak lama setelah itu, tanganku di genggam erat, ternyata si cuek sudah siuman, dia mendengar omonganku tadi, dia bangun dan langsung peluk aku. Akhirnya aku ma dia jadian, setelah masuk kelas dia heboh banget, nyebarin ke temen-temen tentang hubungan kita berdua.
Sesuai rencana kemarin, aku sama dia ngerjain PR sama-sama. Tapi kita berdua ngerjain di luar, di tempat tongkrongan gitu. Sekitar 1 jam kita selesai, tapi gag langsung pulang, kita berdua ngobrol-ngobrol dulu. Aku bahagia banget dia tepati janji dia buat gag usil lagi, dia juga hapus semua nomer HP cewek-cewek gitu, dia takut ada salah paham gara-gara nomer yang dia bilang gag lebih penting dari aku itu. Dia sekarang juga romantis banget, yang lebih berkesan aku sama dia jadian waktu aku ulang tahun. Aku nerima dia. Aku ngerasa dia kado terindah yang aku punya.
Berbulan-bulan aku jalani hubungan sama dia, sekitar 3 bulan lebih 4 hari. Dia putusin aku tanpa sebab yang jelas. Aku tanya dia gag pernah jawab. Begitu sakitnya hatiku waktu dia putusin aku. Aku berusaha menerima semua. Aku gag masang muka sedih di depan dia, padahal sebenernya aku ngerasa sakit banget. Aku pengen banget lanjut sama dia. Tapi di kelas pun dia selalu menghindar dari aku. Aku bakal terima kok diputusin. Tapi aku Cuma mau tau apa alesan dia mutusin aku. Aku sempet mikir dia putusin aku gara-gara udah nemuin cewek yang jauh le
Sekitar 2 minggu setelah putus, dia sering banget gag masuk sekolah, aku jadi bingung. Apa mungkin dia menghindar dari aku? Tapi kan gag perlu sampe segitunya. Akhirnya aku coba dating ke rumahnya. Sampai di rumahnya ternyata Cuma ada kakak ceweknya. Kakaknya bilang si cuek lagi keluar kota. Akhirnya aku pulang, tapi sebelum aku pulang, aku ketemu adiknya. Adiknya tanya, “Kak? Cari kakakku ya?”
“Iya, dik. Kakaknya lagi pergi ya? “
“Iya.. tadi kakak pingsan terus dibawa mama ke rumah sakit.”
“Ha? Ke rumah sakit? Emang rumah sakit mana, dik?”
“Itu rumah sakit yang deket sama sekolahan kakak, tadi kakak pucet banget lho, kak!”
‘Yaudah, makasih ya, dik! Kakak mau ke rumah sakit dulu, assalamualaikum!”
“Ea kak, waalaikumsalam”
Aku lari ke gapura depan buat cari kendaraan umum ke rumah sakit. Aku gelisah banget. Takut dia kenapa-kenapa. Gara-gara terburu-buru, aku kepleset di depan receptionist. Aku berdiri gag peduli kaki aku berdarah. Aku tanyain ruang inapnya ,tapi lama banget. Akhirnya aku lari-lari cari ruangannya. Tapi aku ketemu sama papahnya. Aku tanya ke papahnya, akhirnya aku dianter keruangannya. Ternyata dia baru selesai operasi. Aku bingung, aku Cuma tanya dalam hati. “Operasi?
Operasi apa? Dia gag pernah cerita punya penyakit parah.
Setelah beberapa jam kami semua panik. Akhirnya dokter keluar. Aku buru-buru tanya. “gimana keadaannya, Dok? Dia ga papa kan?” perasaanku mulai gag enak sejak dokter itu diem dan gag mau komentar ma pertanyaanku. Sampai beberapa menit kemudian dokter itu bicara dalam 1 kata yang mengiris hati, “MAAFF…!” waktu itu juga rasanya aku pengen banget berteriak, tapi buat ngeluarin 1 kata aja susah, aku
gag punya tenaga sedikitpun. Aku cuma bisa terduduk di pinggir kamar itu, aku nangis. Cuma itu yang bisa aku lakuin gag ada yang lain! Di dalem hati aku berontak dan berontak. Aku tanya dalam hati, “Ooh God, mengapa engkau mengambil dia dari sisiku disaat kini ku butuhkan dia. Aku terpuruk sekejap. Aku langsung masuk ke kamar itu. Aku genggam tangannya seperti yang aku lakuin waktu dia pingsan di sekolahan. Aku berharap dengan itu dia bisa kembali. Tapi itu Cuma sia-sia. Aku gag pernah menyalahkan Allah. Aku hanya menyesali, kenapa aku gag ada di samping dia saat dia hembuskan nafas terakhirnya.
Aku sedikit merasa tenang saat aku mendengar bisik suaranya perlahan, “Walaupun ragaku gag bisa disamping kamu, gag bisa jaga kamu, tapi rasa sayangku ma kamu akan memberikan jalan buat aku ngasih perlindungan buat kamu walaupun sekarang kita udah beda. Sayang?aku mohon sayang jangan nangis.” Setelah bisik itu terdengar jelas di telingaku, aku langsung peluk dia yang udah gag berdaya. Aku beri dia ciuman terakhir di keningnya. Aku janji aku gag akan pernah hapus rasa sayangku ke dia. Dia amat sangat berarti buat aku.
Waktu pemakaman dilaksanakan ,aku ikut mengantarnya ke tempat peristirahatan terakhirnya. Aku tenangin mamahnya yang dari kemarin gag berhenti nangis. Akhirnya mereka sekeluarga ikhlas dengan kepergiannya. Begitu juga aku. Tapi kita semua yakin dia akan mendapatkan tempat terindah yang ada disana. Karena dia memiliki orang-orang yang sayang dia dan selalu mendoakannya tenang disana.
Waktu pemakaman selesai, aku ikut pulang ke rumahnya, aku Bantu-bantu buat acara nanti malem. Waktu aku lagi di dapur, mamahnya panggil aku. Mamahnya ngasih surat terakhir yang dibuat dia. Ternyata surat itu buat aku.
Buat : si bawel yang ku sayang
Assalamualaikum Wr. Wb
Yank, mungkin waktu kamu baca surat dari aku ini, aku udah ada jauh dari kamu. Aku mau minta maaf aja, aku udah mutusin kamu tanpa sebab. Sebenernya aku Cuma
gag mau kamu sedih kalau kamu tau sebenernya aku mengidap penyakit parah. Aku
Cuma pengen kamu sedikit demi sedikit hilangin rasa sayang kamu ma aku. Aku bingung harus gimana. Cuma dengan mutusin kamu mungkin kamu bisa jadi benci ma aku. Kamu pasti berpikiran aku mutusin kamu karena ada cewek lain di hatiku kan? Gag ka nada yank, kamu adalah cewek terakhir yang bikinku merasa bahagia punya kamu. Sayang banget waktuku ma kamu Cuma bentar. Andai aja aku di kasih kesempatan buat hidup beberapa tahun lagi. Aku tetep gag akan alihin hatiku buat kamu. Yank, meski aku jauh, aku tetep akan nglindungi kamu dari sini. Jangan tutup
hatimu buat cowok lain ya! Aku mau kamu bahagia, aku sebenernya pangen bikin kamu bahagia. Tapi apa? Aku mala bikin kamu nangis. Sayang.. jangan nangis ya! Aku pengen lihat kamu tersenyum. Aku akan bahagia jika aku bisa melihatmu tersenyum. Yaudah.. kalo kamu jangen ma aku kamu panggil aku dalam hati. Kamu pasti akan rasakan rasa sayangku yang ada sampai saat ini. Aku pergi dulu ya! Inget pesen aku. KEEP SMILE, HONEY!
Salam sayang dari cuek
^_^
Gag terasa ku netesin air mataku. Aku ngrasa kangen banget ma kejailannya. Tapi aku harus tetep senyum. Aku pengen dia bahagia disana. aku yakin dia masih sayang ma aku. Aku gag mau bikin dia kecewa. Aku sekarang masih sayang sama dia. Aku gag mau cari cowok dulu. Gag kan mungkin ada cowok seperti dia, aku berkata dalam hati, “Sayang, aku mau sayang tau aku masih sayang ma kamu. Izinin aku simpen rasa ini untuk selamanya. Walaupun kamu udah pergi, tapi di hatiku, di hati keluargamu, dan di hati temen-temen kamu tetep ada, terutama di hatiku, kamu ada di tempat terindah yang ada di ceruk hatiku. SELAMANYA!
THE END
I
N
S * some story from my close friend *
P * all of my old special boy friend*
I * and also someone, who can make my heart sick*
R
A T E D F R O M :
THANK YOU ALL
0 komentar:
Posting Komentar