Kumpulan Puisi

Minggu, 25 September 2011

| | |

Kau Tercipta Bukan Untukku


Kan ku bawa wajahmu
Kan ku bawa namamu
Ku ingin tidur dan bermimpi malam ini

Disini di kamar ini
Seiring melintas sepi
Kusut masam rambut dan kering malam ku tak perduli

Disana engkau berdua
Disini aku yang sendiri
Disana kau tersenyum
Disini aku yang menangis

Jangankan untuk bertemu
Memandang pun saja sudah tak boleh
Apalagi bernyanyi bersama bagai hari lalu
Jangankan mengirim surat
Menitip salam pun sudah tak boleh
Ternyata memang kau tercipta bukan untukku

Kan ku simpan wajahmu
Kan ku ukir namamu
Kan ku buktikan kesetiaanku padamu

Biarlah disini sendiri
Merajut hari-hari
Bukankah esok atau lusa
Matipun aku sendiri















Cinta itu Pahit


Pujangga tak akan mengenal kata cinta
Semua yang ada pada cinta adalah kebohongan
Tak pernah ada cinta yang sejati
Hanya perih yang ku dapat dari cinta
Seperih hatiku yang tersayat sembilu

Mungkin aku salah terlalu mencinta
Tapi, apakah terlalu mencintai adalah sebuah dosa?
Kutukan apa yang melekat padaku?
Hingga kepedihan cinta selalu mengikuti ku

Sedikit saja aku merasakan kebahagiaan cinta
Kepedihan itu datang dan menghempaskan aku
Kembali pada kubangan kesedihan

Aku bagaikan pengemis cinta
Mencoba merangkai kata cinta
Berharap kata cinta itu indah
Namun tak pernah menjadi indah
Karna hatiku telah penuh oleh kesedihan

Puisi-puisiku adalah jeritan
Suara hatiku yang tersiksa akan cinta
Akan ku hapus semua kata cinta
Biar aku hidup dalam kesedihan tak terperi
Bersama gelapnya malam tanpa bintang

















Alstroaemeria


Senja terhimpit kekelaman malam
Saat ku pandang kau dalam kejauhan
Begitu jauh, hingga tak mungkin ku gapai

Terjal jalan ku lalui
Untuk dapat memelukmu
Berulangkali terjatuh
Surut ke bawah
Namun aku bangkit
Dan kembali mendaki

Semangatku tak pernah pudar
Saat ku lihat keayuanmu di batas senja
Begitu memikat
Membangkitkan keinginanku tuk meraihmu

Namun seketika harapanku hancur
Saat ku lihat kau layu
Keayuanmu hanya menyisakan putih pucat yang pilu
Meninggalkan aku yang selangkah lagi mendapatkanmu

Terlalu lamakah aku?
Terlambatkah?

Alstroaemeria
Hanya penghias senjaku
Tak pernah ku miliki
Namun slalu ku kenang dalam hati















Tegarlah pujaanku


Aku bukan mentari, tapi ku berjanji akan hangatkanmu
Aku bukan air, tapi ku berjanji akan hapuskan dahagamu
Aku bukan pelangi, tapi ku berjanji akan warnai hidupmu
Aku bukan angin, tapi aku berjanji akan sejukkanmu

Dadaku mungkin tak sebidang langit, namun kau dapat sandarkan lelahmu padaku
Bahuku mungkin tak setegar karang, tapi aku mampu memapahmu
Tatapanku mungkin tak setajam pedang, tapi ku dapat melihat menembus hatimu

Aku adalah Kau
Kau adalah Aku
Tak ada yang dapat ku sembunyikan darimu
Dan tak ada yang dapat kau sembunyikan dariku
Aku tau arti senyummu
Tapi aku lebih tau arti tangismu
Aku tau arti ceriamu
Tapi aku lebih tau arti sedihmu

Letakkanlah sejenak bebanmu
Biarkan aku memikulnya
Jangan sungkan padaku
Kau adalah Aku
Dan Aku adalah Kau

Tegarlah sayang
Jangan biarkan masalah-masalah itu merenggut senyummu
Mekarlah kembali seruni ku
Jangan layu
Masih ada aku disini














Puisi jiwa yang merana

Aku adalah guguran daun menguning
Berjatuhan sunyi dalam kebisuan
Terhempas angin tak tentu arah
Terpanggang terik matahari
Diterpa hujan badai

Orang-orang tak perduli padaku
Aku terinjak berkeping-keping
Namun jeritanku tak pernah terdengar

Ingin ku menangis
Meratapi nasibku
Namun api yang kejamlah yang menyambut ku
Hingga aku hanya serpihan-serpihan abu
Berwarna kelabu
Sekelabu jalan hidupku

Inilah aku
Guguran daun yang merana
Namun tak pernah ku sesali
Sebab takdir tlah melukiskan semua derita
Pada garis-garis tubuhku
Sejak aku terlahir di dunia





















Rinduku yang terdalam

Sebelum ku mengenalmu
Tak pernah kurasakan perasaan ini
Tapi kini aku tlah dirasukinya

Terasa ada yang kurang
Bagaikan tubuh yang kehilangan nyawa
Terlihat sempurna dari luar
Tapi tidak dari dalam

Tak lebih dari sebuah patung
Yang dipahat dengan indah
Namun tak akan pernah menjadi sempurna

Inikah perasaan rindu?
Baru kini kusadari
Betapa rasa ini menyiksa

Dulu aku menganggap Rama telalu berlebihan
Hingga ia gila saat berpisah dengan Shinta
Tapi kini aku merasakannya
Aku hampir gila tanpa hadirmu

Ku coba lampiaskan dalam sajak-sajakku
Ku curahkan dalam bait-bait lagu
Namun tak juga rasa ini sirna
Semakin ku mencoba
Semakin dalam rasa ini merasukiku

Kini Ku sadari
Dan aku mengaku dihadapan Tuhan
Aku sangat mencintaimu
Melebihi segala yang ku miliki

Kembalikanlah ia kedalam dekapan ku
Tanpa dia aku tak berarti

Inilah ungkapan rinduku yang terdalam padamu







Rinduku


Lambaian dedaunan
Tersapu lembut tiupan sang angin
Bunga-bunga bermekaran
Memikat hati para kumbang

Langit biru berwarna cerah
Awan berarak melintasi cakrawala
Mentari tersenyum menampak indah dunia

Aku termenung dibawah rimbun dedauan
Angin turut membuaiku
Mengajakku larut pada indah dunia
Tapi aku tak bisa merasakannya
Seakan itu semua tak berharga

Ku coba ukir sebuah nama
Menumpahkan kerinduan akan hadirnya
Dimanakah dia kini berada?
Mengapa hari ini tak tampak senyumnya?
Pergi kah ia?
Tapi, kemana?
Tak adakah ia menitipkan pesan pada gerombolan ilalang?

Kemana hendak ku mencarinya?
Hendak ku berlari
Mengelilingi bumi
Menanyakan pada setiap makhluk yang ku temui
Namun sesuatu berbisik dihatiku
"Tak perlu kau pergi
Sebab ia ada disini
Tak ingatkah kau bahwa dia ada dihatimu?
Dia hanya pergi sesaat
Tuk buktikan kau benar-benar merindukannya"










Berlabuhlah cintaku


Berkilau di laut lepas
Bergulung bersama ombak
Berlalulah dari sisiku
Berlabuhlah cintaku!

Tak sampai lenganku meraihnya
Terlalu jauh dia di seberang sana
Tak mungkin ku capai bianglala cintanya
Terlalu tinggi awank berarak
Terlalu nisbi hamparan mega dilangit biru
Terlalu mahal dia bagiku

Seputih layar di kaki langit
Sesuci matahari di batas cakrawala
Seputih itu cintaku yang sia-sia
Sesuci itu hati yang merana
Dihina
Dan dicampakkannya!




(dikutip dari salah satu novel Mira W "Seruni berkubang duka")























Kau buat ku berarti

Aku sungai kau air
Aku gemuruh kau halilintar
Aku langit kau awan
Aku lagu kau lirik
Aku senja kau lembayung ungu
Aku fajar kau mentari
Aku malam kau rembulan
Aku pantai kau ombak
Aku samudra kau gelombang
Aku hutan kau pepohonan
Aku sabana kau rerumputan
Aku ranting kau daun
Aku hujan kau tetes air
Aku lukisan kau seniman
Aku pelangi kau warna-warni
Aku awal kau akhir
Aku gitar kau dentingan
Aku sempurna jika kau ada
Kau tak ada aku tak berharga
Kau tak ada aku tak berguna
Kau tak ada aku tak indah
Kau tak ada aku luka
Kau tak ada aku percuma
Maka, jangan pernah tinggalkan aku
Kau yang lengkapi aku
Dengan cintamu


















Valentine terindah


Embun masih melingkupi bumi. Membasahi apapun yang dilewatinya.
Binatang-binatang malam bernyanyi.
Mengalunkan nada-nada indah.
Tak lupa disemarakkan desau sang angin.
Menyemarakkan hari ini.

Hari ini begitu berbeda.
Tlah ada seseorang menemaniku.
Ia mau memasuki hatiku.
Dan memang inilah yang ku mau.
Harapanku terkabul dihari ini.
Hari kasih sayang.
Dan ku berjanji pada bintang-bintang.
Tak akan pernah aku membagi kasih sayangku.
Tak akan pernah ada yang dapat memisahkanku darinya.
Karena hanya dia milikku yang paling berharga.
Tak ternilai.
Satu senyumannya lebih berharga daripada emas.
Satu tetes air matanya lebih berharga daripada mutiara.
Wajahnya berseri bagai kristal.
Indah memang.
Betapa bangganya aku dapat memanggilnya.
Pacarku.

Happy valentine sayang.
Ini valentine terindah bagiku.
Tak akan terlupakan.
Semoga kita semakin menyayangi satu sama lain.
Aku sayang kmu.
Sari.















Terimakasih puisiku


Dikala sang pujangga menumpahkan isi hatinya
Dalam bait-bait puisi
Tak sedikitpun puisi itu menjawabnya
Dengan sinis puisi itu berkata
"Betapa bodoh dirimu
Tak ku sangka ada manusia sebodoh engkau"
Tetapi sang pujangga tak mengerti maksut perkataan itu
Dan puisi berkata lagi
"Kau yang memintanya kepada Tuhan
Kau yang mengharapkannya setiap hela nafasmu
Kau yang mengimpikan dia dalam tidurmu
Tapi mengapa kini kau ragu padanya?
Apakah semua yang kau ungkap padaku adalah kebohongan?
Berfikirlah dengan tenang
Tentu kau tak ingin kehilangan dia
Pergilah, sapa dia, jangan sampai dia pergi"

Pujangga pun tersadar
Ia mengerti maksut kata-kata puisi itu
Ia bangkit berdiri
Lalu berlari menghampiri sang kekasih
Tanpa ada keraguan lagi dihatinya
Satu kata terucap dari bibirnya
"Terimakasih puisi ku"



















Dilema


Sang pujangga kembali ke tempat itu
Tempat dimana dia menyesali keadaannya dulu
Kembali ia duduk termenung
Setelah ia pergi menemani sang pujaan hati
Menatap kosong paparan rerumputan
Terbersit sebuah duka dimatanya
Hatinya gundah

Angin berhembus menyapanya
Mengajaknya bercengkrama mencoba mengorek isi hati sang pujangga
Sang pujangga hanya berujar dia sedang dilema
Terjepit antara rasa cinta dan keraguan
Sakit tampak sudah menguasainya
Tak ada sedikitpun ketenangan disana

Andaikan ia seorang wanita
Tentu ia akan menangis dalam pelukan angin
Tapi ia seorang pria
Juga seorang pujangga
Sungguh tak pantas ia meneteskan air mata
Puisi adalah jiwanya
Hanya itu yang dapat menenangkan risaunya
Tempat dia mencurahkan perasaannya




















Sari


Angin malam meniup mencekam
Air hujan turun deras dan kencang
Dingin terasa menusuk tulang
Tak kuasa lagi ku bertahan

Namun hadir suatu rasa
Hangat menyemburat
Sehangat mentari pagi
Rasa cinta
Ya, rasa itu adalah cinta

Dalam keremangan malam
Ku lihat dirimu turun dari surga
Berselimutkan cahaya
Bertahtakan rembulan

Indah sekali
Wajahmu membuatku lupa akan luka
Hangatmu membuatku lupa akan derasnya hujan

Kau genggam tanganku
Kau tuntun aku berdiri
Hingga ku mampu berjalan

Hadirmu yang hidupkan aku
Jangan pernah pergi dariku
Jika tak ingin melihat ku hancur

Aku mencintaimu
Sari ku













Untuk Sari


Sari, lihatlah dirimu
Kini aku ada disisimu
Jangan engkau bersedih
Jangan kau ingat lagi
Segala luka yang pernah ada dihatimu

Sari, tersenyumlah padaku
Akupun tak ingin kau bersedih
Bila engkau rindu
Bila engkau letih
Tidurlah sari sayang disisiku

Seluruh jiwa ragaku
Segalanya untukmu sari
Janganlah ku dengar lagi
Engkau menangis

Kaulah nadi hidupku, sariku
Hapuslah air matamu dari pipimu
Cantiknya raut wajahmu, sariku
Berikan senyum yang indah dibibirmu

Andaikan ingin hatimu bertemu
Pejamkan mata dan sebut namaku
Andaikan ingin hatimu pergi jauh
Bawalah diriku serta bersamamu

















Aku Bertahan


Semilir angin malam ini
Membawa sejuta harapku pergi
Ku lepas segala harap ke alam bebas
Ku taruh disetiap bintang dilangit

Biarlah ku sendiri
Biarlah ku sepi
Mungkin ini yang terbaik tuk diriku

Tak ada sedikitpun rasa sesalku
Ku tlah bertahan semampuku
Namun kenyataannya
Ku harus melepas semua diujung jalanku

Kini aku akan berjalan sendiri
Melewati hari-hari
Mungkin kan sepi
Tapi tetap akan ku jalani
Ku tak mau lari
Karena ku bukan seorang pengecut
Aku akan menantang dunia
Menuntut kebahagianku

Suatu saat bidadari itu akan tiba
Dalam kehidupanku
Aku tak tau kapan ia datang
Tapi ku percaya akan hadirnya dijalanku
















Senandung sedih hatiku


Ku dengar alunan nada lirih
Menari-nari dalam telingaku
Ku rasakan ada kesedihan disana
Menggetarkan nadiku
Perih, miris

Ku tilik ke dalam diriku
Kudapati sekeping hati disana
Duduk termenung memetik gitar kepiluan

Tak ada satupun perasaan yang dapat melukiskan kesedihannya
Hati itu kesepian
Selalu berdoa dan berharap
Akan datangnya keajaiban

Ku ingin menghiburnya
Tapi aku tak bisa
Ku tak punya sesuatu yang dapat ku banggakan

Inilah aku
Manusia biasa yang tak rupawan
Menyesalkah ia telah menjadi hatiku

Andai ku dapat
Aku ingin menggantung hatiku dilangit
Agar dia tak merasa kesepian
Bintang dan bulan kan selalu setia menemaninya
















Akankah?


Tetes-tetes hujan
Mengguyurku dengan hebat
Seakan ia tau hatiku sedang luka

Tetes-tetes air mataku
Mengalir bersama derasnya hujan
Membasahi luka ku

Kini hatiku bagaikan pecahan-pecahan hujan
Berguguran tak dapat ku tahan
Semua kenangan indah itu telah hancur
Tak mungkin lagi aku memungut dan menyatukannya

Apa dosaku?
Tidak dapatkah diampuni?
Siksalah aku dengan cara apapun
Tapi jangan hatiku

Aku hanya bisa berusaha tuk tetap tegar
Berharap badai kan segera berlalu
Dan hadir pelangi di ujung jalanku

Akankah?











0 komentar:

Posting Komentar